Selasa, 16 September 2014

ONTOLOGI Makalah Filsafat Ilmu

BAB 1
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kita tahu bahwa perkembangan ilmu pengetahuan di dunia sangatlah pesat, dan pengetahuan yang ada saat ini merupakan hasil dari proses filsafat. Filsafat sendiri menurut N. Driyarkara adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab “ada” dan “berbuat” permenungan tentang kenyataan yangg sedalam-dalamnya, sampai “mengapa” yang “penghabisan”. Dari pengertiannya saja kigta dapat lihat bahwa filsafat didasari dari sifat-sifat manusia antara lain ialah  merasa heran, merasa sangsi (ragu-ragu), kesadaran atas keterbatasannya dan manusia merasa kagum pada alam semesta dan isinya.
Dalam filsafat kita juga mengenai istilah ontology yang mana ontology ialah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari suatu yang ada. Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Dalam ontology ada bebrapa hal yang di bahas antaralain ialah metafisika, asumsi dan peluang.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang penulis tulis di atas, penulis menyimpulkan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam bab II selanjutnya ialah:
1.      Apa pengertian ontology itu sendiri?
2.      Apa yang dimaksud dengan metafisika, asumsi dan peluang?

BAB II
ONTOLOGI


A.   Pengertian Ontologi
Rudolf Goclenius pada tahun 1963 M ialah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ontologi. Kata ontologi sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata Ontos yang artinya ada dan kata Logos yang artinya ilmu. Jadi ontologi ialah ilmu yang ada.
Sedangkan secara istilah ontologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan reality baik bentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau abstrak.
Selain dilihat dari segi kata dan istilahnya, banyak juga dari para ahli yang mengemukan pendapatnya mengenai pengertian ontologi antara lain sebagai berikut:

a)      Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan :
Ø  Apakah artinya ada, hal ada?
Ø  Apakah golongan-golongan dari hal yang ada?
Ø   Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?
Ø  Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada?



b)      Menurut  Suriasumantri (1985)
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
Ø  Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah?
Ø  Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Ø  Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?

c)      Menurut Soetriono & Hanafie (2007)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli diatas mengenai pengertian ontologi ialah bagian dari filsafat dasar yang membahas mengenai hakikat apa yang akan dikaji, seberapa jauh kita mengkaji atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.

B.   Metafisika
Dari bahasa Yunani kata metafisika berasal dari kata (meta) yang artinya “setelah atau di balik” dan (phúsika) yang artinya “hal-hal di alam”. Metafisika sendiri adalah  cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas.
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang “ada”, sedangkan metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya?. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Tafsiran terhadap alam ini pun terdapat beberapa antara lain:
a)      Supernaturalisme, di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
b)      Naturalisme, gejala-gejala alam yang ada tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib. Melainkanoleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.

C.   Asumsi
Asumsi merupakan suatu hal yang penting dalam setiap ilmu. Pasalnya asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian.
Setelah melihat pengertian diatas mengenai asumsi kita dapat mengetahui bahwa hipotesis merupakan sebuah asumsi. Jika kita lihat ke belakang (sebelum dilakukan penelitian atau percobaan) maka hipotesis merupakan asumsi dan  Jika kita lihat  ke depan (setelah dilakukan percobaan) maka hipotesis merupakan sebuah kesimpulan.
Dengan demikian, asumsi menjadi hal yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan menggunakan asumsi akan berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Selanin itu adad beberapa karakteristik asumsi antara lain determinasik, pilihan bebas dan probabilistik.
D.   Peluang
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa ontologi ialah bagian dari filsafat dasar yang membahas mengenai hakikat apa yang akan dikaji, seberapa jauh kita mengkaji atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
Dari pengkajian hal tersebut tentunya akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Yang mana kita tahu bahwa dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.







                                                                                                       











BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari materi yang telah di bahas sebelumnya di BAB II, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain:
1.      Kata ontologi sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata Ontos yang artinya ada dan kata Logos yang artinya ilmu. Jadi ontologi ialah ilmu yang ada. Sedangkan secara istilah ontologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan reality baik bentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau abstrak.
2.      ontologi ialah bagian dari filsafat dasar yang membahas mengenai hakikat apa yang akan dikaji, seberapa jauh kita mengkaji atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
3.      Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Tafsiran terhadap alam ini pun terdapat beberapa antara lain Supernaturalisme dan naturalisme
4.      Asumsi merupakan suatu hal yang penting dalam setiap ilmu. Pasalnya asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian.
5.      dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.